KELOMPOK 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Masalah utama dalam upaya mengelola kelas adalah siswa itu sendiri.
Artinya pengelolaan kelas dilakukan tidak lain adalah untuk meningkatkan dan
mempertahankan gairah siswa dalam belajar baik secara kelompok maupun individual.
Guru sebagai manajer utama di kelas harus memahami bagaimana
mengelola kelas yang baik dan efektif. Peran seorang guru dalam pengelolaan
kelas sangat penting, khususnya dalam
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik.
Dalam lingkungan pendidikan, biasanya dikatakan bahwa tidak seorang
pun yang memerhatikan manajemen kelas (classroom)
yang baik kecuali kelas menjadi ruwet. Ketika kelas dikelola secara efektif,
kelas akan berjalan lancar dan murid akan aktif dalam pembelajaran. Ketika
kelas dikelola dengan buruk, kelas bisa menjadi kacau dan tidak menarik sebagai
tempat belajar.
1.2 Rumusan masalah
a.
Bagaimana
profil atau gambaran umum SD Negeri 067690 ?
b.
Bagaimana
proses manajemen kelas yang ada di SD Negeri 067690 ?
1.3 Tujuan
a.
Untuk
mengetahui profil atau gambaran umum SD Negeri 067690.
b.
Untuk
mengetahui bagaimana proses manajemen kelas yang ada di SD Negeri 067690.
c.
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.
1.4 Manfaat
Manfaat bagi
penulis yang di dapat dari
penulisan ini adalah :
a.
Menambah
wawasan mengenai manajemen kelas.
b.
Memberikan
pengalaman tersendiri setelah melakukan observasi di SD Negeri 067690.
Manfaat bagi
orang lain adalah:
a.
Menambah
wawasan bagi pembaca lain.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
IDENTITAS SEKOLAH
Nama Sekolah :
SD Negeri 067690
NPSN :
10209935
Alamat :
Jalan Karya Jaya No. 56 Kel. Pangkalan Mansyur, Medan
Akreditasi :
A
Uang Sekolah :
Dana Boss
Konsep E-learning :
Power Point
2.2
LANDASAN TEORI
2.2.1
Pengertian
Manajemen Kelas
Menurut Ahmad Sulaiman (1995), manajemen kelas adalah segala
usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai
kemampuan.
Sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto (1988) dalam buku Pengelolaan
Kelas dan Siswa, menyebutkan bahwa manajemen kelas adalah usaha yang dilakukan
guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal.
2.2.2
Tujuan
Manajemen Kelas
Manajemen kelas yang efektif
mempunyai dua tujuan, yakni :
·
Membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan
mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan. Carol Weinstein (1997) mendeskripsikan jumlah waktu yang tersedia
untuk berbagai aktivitas kelas di sekolah menengah biasanya rata-rata 42 menit,
waktu belajar tahunan biasanya sekitar 62 jam, yang kira-kira hanya setengah
dari waktu yang diwajibkan. Meskipun angka ini hanya perkiraan, angka tersebut
menunjukkan bahwa jam yang tersedia untuk pembelajaran kurang dari yang
seharusnya. Manajemen kelas yang efektif akan membantu untuk memaksimalkan
waktu pengajaran dan belajar.
·
Mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional. Kelas yang dikelola dengan baik akan membuat murid sibuk dengan
tugas yang menantang dan memberikan aktivitas dimana murid menjadi kerap
terserap kedalamnya dan termotivasi untuk belajar serta memahami aturan dan
regulasi yang seharusnya dipatuhi. Dalam kelas seperti itu, kemungkinan murid
mengalami masalah emosional dan akademik kecil.
2.2.3
Mendesain
Lingkungan Fisik Kelas
2.2.3.1 Prinsip
penataan kelas
·
Kurangi
kepadatan di tempat lalu lalang
·
Pastikan
bahwa anda dapat dengan mudah melihat semua murid
·
Materi
pelajaran dan perlengkapan murid harus mudah di akses
·
Pastikan
murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas
2.2.3.2 Gaya
penataan
·
Penataan
kelas standar
1.
Gaya auditorium,
semua murid duduk menghadap guru. Penataan ini membatasi murid tatap muka dan
guru bebas bergerak ke mana saja. Gaya auditorium sering kali dipakai ketika
guru mengajar atau seseorang memberi presentasi di kelas.
2.
Gaya tatap muka (face to face), murid saling mengahadap.
Gangguan dari murid-murid akan lebih besar pada susunan ini ketimbang pada
susunan auditorial.
3.
Gaya off-set, sejumlah murid duduk
di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. gangguan dalam
gaya ini lebih sedikit ketimbang gaya tatap muka dan efektif untuk kegiatan
pembelajaran kooperatif.
4.
Gaya seminar,
sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk
disusunan berbentuk
lingkaran, atau persegi, atau bentuk U. Ini terutama
efektif ketika anda ingin agar murid berbicara dengan anda atau bercakap-cakap
dengan anda.
5.
Gaya klaster (cluster), sejumlah murid (biasanya 4 sampai 8 anak) bekerja dalam kelompok
kecil. Susunan ini terutama efektif untuk aktivita pembelajaran kolaboratif.
·
Personalisasi
kelas
Menurut pakar kelas Carol Weinstein
dan Andrew Mignano (1997), kelas sering kali mirip dengan kamar hotel, nyaman
tetapi impersonal, tidak mengukapkan apapun tentang orang yang menggunakan ruang
itu. Untuk mempersonalisasikan kelas, pasang foto murid, karya seni, tugas,
diagram tanggal lahir murid (untuk murid SD), dan ekspresi murid yang positif.
2.2.4
Menciptakan Lingkungan Yang Positif Untuk Pembelajaran
2.2.4.1 Gaya
manjemen kelas
·
Gaya manajemen kelas otoritatif, berasal dari gaya parenting
menurut Diana Baumrind (1971, 1996). Guru yang otoritatif akan mempunyai murid
yang cenderung mandiri, tidak cepat puas, mau bekerjasama dengan teman dan
menunjukkan perhargaan diri yang tinggi. Strategi manajemen kelas otoritatif
akan mendorong murid untuk menjadi pemikir dan pelaku yang independen. Guru
yang otoritatif melibatkan murid dalam kerjasama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka.
·
Gaya manajemen kelas otoritarian, gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah menjaga
ketertiban di kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Guru otoriter
sangat mengekang dan mengontrol murid dan tidak banyak melakukan percakapan
dengan mereka. Murid dikelas yang otoritarian ini cenderung pasif, tidak mau
membuat inisiatif kreativitas, mengekspresikan kekhawatiran tentang
perbandingan sosial, dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
·
Gaya manajemen kelas permisif, memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak
dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilkau
mereka. Murid di kelas permisif cenderung punya keahlian akademik yang tidak
memadai dan kontrol diri yang rendah.
2.2.4.2
Mengelola aktivitas kelas secara efektif
Manajer kelas yang efektif :
·
Menunjukkan
seberapa jauh murid “mengikuti”.
·
Atasi
situasi tumpang-tindih secara efektif.
·
Menjaga
kelancaran dan kontinuitas pelajaran.
·
Libatkan
murid dalam berbagai aktivitas yang menantang.
2.2.4.3
Mengajak murid bekerjasama
Ada tiga strategi untuk mengajak murid bekerjasama dengan guru.
·
Menjalin
hubungan positif dengan murid.
·
Mengajak
murid untuk berbagi dan mengemban tanggung jawab.
·
Beri
hadiah terhadap perilaku yang tepat.
a
Memilih
penguatan yang efektif.
b
Gunakan
prompts dan shaping secara efektif.
c
Gunakan
hadiah untuk memberi informasi
tentang penguasaan, bukan untuk mengontrol perilaku murid.
2.3 ALAT dan BAHAN OBSERVASI
·
Kamera
Hp
·
Notes
·
Pulpen
·
Permen
(3 bungkus)
2.4 METODE OBSERVASI
Metode yang digunakan dalam observasi ini
adalah:
·
Wawancara
Kami melakukan wawancara
dengan guru dalam masing-masing kelas. Pertanyaan yang kami lontarkan adalah
mengenai jumlah murid dalam satu kelas, apa saja yang diajarkan guru serta
kemampuan kognitif para murid.
·
Pengamatan
Pengamatan
berlangsung di dalam kelas selama satu jam setengah. Kelas yang diobservasi
ialah kelas II-A dan kelas II-B. Dalam pengamatan ini, kami mengamati bagaimana
penataan kelas, gaya manajemen kelas,
aktivitas kelas secara efektif, dan bagaimana guru dan murid berinteraksi.
2.5 SUBJEK PENELITIAN
29 orang murid kelas kelas II-A, 32 orang murid kelas kelas II-B.
2.6 JADWAL PELAKSANAAN OBSERVASI
Berikut merupakan susunan pelaksanaan kegiatan observasi.
No
|
Kegiatan
|
Tanggal
|
1.
|
Menentukan Sekolah
|
21 Maret 2017
|
2.
|
Mengajukan permohonan izin ke sekolah
|
21 Maret 2017
|
3.
|
Mengajukan permohonan surat izin ke fakultas
|
27 Maret 2017
|
4.
|
Menentukan kegiatan
|
28 Maret 2017
|
5.
|
Pemberian surat izin dari fakultas ke sekolah
|
30 Maret 2017
|
6.
|
Pelaksanaan observasi
|
31 Maret 2017
|
2.7 HASIL OBSERVASI
2.7.1 Hasil Wawancara
Hasil penelitian yang kami dapat dari wawancara dengan guru kelas, bahwa kemampuan yang dimiliki anak sd kelas II masih berada di tahap
belajar membaca, menulis dan melakukan perhitungan yang sederhana. Hampir seluruh murid di kelas II ini masih
mengeja dan tulisan mereka pun belum begitu rapi. Ibu guru juga mengatakan
bahwa dari total keseluruhan murid kelas II-A yaitu 29 orang, empat orang
diantara mereka merupakan calon yang tidak akan naik ke kelas selanjutnya. Sedangkan
guru pada kelas II-B mengatakan bahwa hanya ada satu orang murid yang terancam
tidak naik kelas. Menurut guru-guru tersebut, kelima murid tersebut tidak memiliki
kriteria untuk naik kelas. Kriteria murid yang dimaksud ialah minimal dapat
membaca dan menulis, namun kelima anak tersebut kurang dalam hal membaca dan
menulis sehingga terancam tidak naik kelas. Orang tua dari kelima murid tersebut
akan diminta datang dan diberi tahu mengenai anaknya masing-masing sebelum
ditentukan naik atau tidak ke tingkat yang lebih tinggi.
2.7.2 Hasil Pengamatan
Pada
satu ruang kelas digunakan untuk dua tingkat kelas SD yaitu kelas II dan kelas
III. Kelas yang kami amati ialah kelas II-A dan II-B. Kami mengamati gaya penataan kelas, kedua kelas yang diamati menggunakan gaya klaster (cluster). Murid belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 6 anak. Dimana tidak ada perbedaan yang diberikan, maksudnya ialah
didalam satu kelompok belajar terdiri dari murid perempuan dan laki-laki. Untuk
personalisasi kelas, dinding ruang kelas sudah dipenuhi dengan gambar-gambar
seperti hewan, tumbuhan, foto presiden dan mantan presiden, sayuran, media
elektronik yang memberikan pengetahuan baru bagi para murid. Dalam kedua kelas
tersebut tidak ada perbedaan dalam penataan kelas. Susunan gaya klaster (cluster) efektif untuk aktivitas
pembelajaran kolaboratif.
Dalam gaya manajemen kelas, guru yang
mengajar di kelas II-A ini lebih mengarah ke gaya manajemen kelas otoritarian. Gaya
manajemen kelas otoritarian adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus
utamanya adalah cenderung menjaga ketertiban di kelas. Gaya manajemen kelas otoritarian ini tidak
dilaksanakan setiap waktu, terkadang beliau juga melibatkan murid dalam
kerjasama give-and-take dan
menunjukkan perhatian kepada mereka. Bentuk perhatiannya seperti, beliau
memanggil murid nya satu persatu untuk diajari membaca dan juga mengajukan
pertanyaan dari yang dibaca murid. Sedangkan guru yang mengajar di kelas II-B
mengarah ke gaya manajemen kelas otoritatif. Gaya manajemen kelas otoritatif
tidak berfokus menjaga ketertiban kelas tetapi pengajaran dan pembelajaran. Sama halnya
dengan guru yang otoritarian, guru otoritatif juga melibatkan murid dalam kerjasama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Gaya otoritatif akan lebih bermanfaat bagi
murid daripada gaya otoriter atau permisif. Gaya yang otoritatif akan membantu
murid menjadi pembelajar yang aktif dan
mampu mengendalikan diri.
2.8 EVALUASI
Berdasarkan dari hasil observasi diatas,
sekitar lima murid terancam tidak naik kelas karena belum mampu membaca dan
menulis. Ruang kelas yang digunakan bersama secara bergantian oleh kelas II dan
III menyebabkan penataan kelas yang sesuai sulit dilakukan.
Guru yang mengajar di kelas II-A ini mengarah ke gaya manajemen
kelas otoritarian membuat murid dikelas II-A ini cenderung pasif dan hanya belajar menurut tuntunan guru. Mereka juga
sering kali ragu untuk berdiskusi dengan teman sebelahnya. Kelebihannya ialah
suasana di kelas ini tidak begitu ribut dan cukup disiplin.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan uraian
yang telah disajikan, maka berikut dikemukakan kesimpulan observasi bahwa proses
pembelajaran di Kelas II-A dan II-B
SD NEGERI 067690 berjalan dengan efektif dan kondusif. Hal ini dikarenakan guru
selalu mempertimbangkan metode, model atau strategi yang tepat digunakan untuk
suatu materi pelajaran didalam proses belajar mengajar di kelas. Sehingga
peserta didik tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Manajemen kelas
juga sudah tersusun dengan baik, baik dalam tempat duduk maupun hubungan antara
siswa/i yang duduk berkelompok dalam proses belajar mengajar.
3.2 SARAN
Dari analisis
observasi, kami kelompok 7 mempunyai beberapa saran untuk SD Negeri 067690
Medan Johor khusus nya yang kami lakukan di kelas II-A dan II-B. Semoga saran
ini dapat bermanfaat bagi kelangsungan belajar mengajar di SD Negeri 067690 :
1.
Sebaiknya SD lebih menciptakan lingkungan yang
kondusif sehingga murid- murid nyaman dan senang
dalam belajar.
2.
Adanya hubungan baik antara guru dan wali
murid.
3.
Lebih bisa disiplin waktu dan bisa mengatur
waktu yang efektif sehingga pembelajaran berjalan baik.
4.
Pengelolaan yang baik perlu di tingkatkan agar
tetap terjaga kualitas dan kuantitasnya.
5.
Lebih melengkapi fasilitas dan sarana prasarana
pembelajaran sehingga bisa memperlancar proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock. John W. 2007. Psikologi
Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Prenada Media Group.
DOKUMENTASI